Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!
Budaya, NOLESA.COM – Jepara, sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, dikenal luas sebagai pusat seni ukir kayu yang berkelas dunia.
Dengan julukan “Kota Ukir,” Jepara telah lama menjadi destinasi utama bagi para pecinta seni dan pengrajin kayu dari seluruh dunia dan manca negara.
Seni ukir Jepara tidak hanya memiliki nilai estetika yang tinggi, tetapi juga menyimpan warisan budaya yang kaya dan sejarah panjang yang mencerminkan kearifan lokal.
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sejarah Seni Ukir di Jepara
Sejarah seni ukir di Jepara dapat ditelusuri kembali ke masa Kerajaan Majapahit pada abad ke-15.
Kala itu, seni ukir mulai berkembang di daerah ini berkat pengaruh dari berbagai kebudayaan, termasuk Tiongkok, India, dan Timur Tengah, yang dibawa oleh para pedagang dan pelancong yang singgah di pelabuhan-pelabuhan Nusantara.
Namun, seni ukir Jepara benar-benar mencapai puncak kejayaannya pada masa Ratu Kalinyamat di abad ke-16.
Ratu Kalinyamat, yang dikenal sebagai pelindung seni dan budaya, mendorong perkembangan seni ukir dengan memberikan dukungan penuh kepada para seniman dan pengrajin.
Keunikan Seni Ukir Jepara
Keunikan seni ukir Jepara terletak pada teknik dan motif yang digunakan. Pengrajin Jepara dikenal dengan keahliannya dalam mengukir berbagai jenis kayu, seperti jati, mahoni, dan trembesi, dengan detail dan presisi.
Motif-motif ukiran Jepara sering kali menggambarkan flora, fauna, dan cerita-cerita rakyat yang sarat dengan nilai-nilai filosofis dan keagamaan.
Salah satu motif yang sangat terkenal adalah “motif gebyok,” yang biasanya digunakan untuk pintu dan jendela rumah tradisional.
Gebyok Jepara terkenal dengan ukiran yang rumit dan indah, menggambarkan pemandangan alam atau adegan-adegan mitologis.
Karya seni ukir Jepara tidak hanya diapresiasi di dalam negeri, tetapi juga telah menembus pasar internasional.
Banyak produk ukiran Jepara yang diekspor ke berbagai negara, mulai dari Eropa, Amerika, hingga Timur Tengah.
Produk-produk ini mencakup berbagai macam barang, mulai dari furnitur, patung, panel dinding, hingga suvenir kecil.
Kualitas dan keindahan ukiran Jepara membuatnya menjadi pilihan utama bagi para kolektor dan pecinta seni di seluruh dunia.
Selain seni ukir, Jepara juga memiliki daya tarik lain yang tidak kalah menarik. Kabupaten ini memiliki kekayaan alam yang melimpah, dengan pantai-pantai yang indah dan pulau-pulau kecil yang eksotis.
Di samping itu, Jepara juga dikenal dengan kerajinan tenun troso, sebuah kerajinan tradisional yang menghasilkan kain tenun dengan motif-motif unik dan warna-warna cerah.
Namun, seni ukir tetap menjadi identitas utama Jepara. Keberhasilan seni ukir Jepara tidak lepas dari peran serta masyarakat lokal yang terus melestarikan dan mengembangkan warisan budaya ini.
Banyak desa di Jepara yang bertransformasi menjadi pusat-pusat produksi ukiran, dengan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai pengrajin.
Desa Mulyoharjo dan Desa Tahunan, misalnya, dikenal sebagai sentra ukir kayu yang memproduksi berbagai karya seni berkualitas tinggi.
Pemerintah Kabupaten Jepara juga memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan seni ukir.
Berbagai program dan kebijakan telah diluncurkan untuk meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan para pengrajin, termasuk pelatihan keterampilan, bantuan permodalan, dan promosi produk ke pasar global.
Festival seni ukir dan pameran kerajinan rutin digelar untuk memperkenalkan karya-karya terbaru dan mengapresiasi para pengrajin yang berprestasi.
Jepara, dengan segala keunikan dan kekayaannya, terus membuktikan diri sebagai pusat seni ukir yang tak tertandingi.
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, seni ukir Jepara tetap teguh berdiri sebagai simbol kebanggaan budaya dan identitas lokal.
Keindahan dan keahlian yang terkandung dalam setiap ukiran kayu Jepara adalah cerminan dari ketekunan, kreativitas, dan semangat masyarakatnya dalam menjaga warisan leluhur.
Dengan komitmen untuk terus berinovasi dan berkembang, seni ukir Jepara dipastikan akan terus bersinar dan menginspirasi generasi mendatang.
Penulis : Wail Arrifki
Editor : Ahmad Farisi
Step 1: **Identify the modal activity for the girls** The modal activity for the girls is the one that occurs most frequently. Step 2: **Identify the modal activity for the boys** The modal activity for the boys is the one that occurs most frequently. Step 3: **Confirm the modal activities** According to the provided information: - Girls: High ropes course - Boys: White water rafting
Asal nama Jepara berasal dari kata \x22ujung para\x22, kemudian berubah menjadi \x22ujung mara\x22 dan \x22Jumpara. Kata \x22ujung para\x22 dapat diartikan sebagai tempat pemukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah.
Menurut buku Sejarah Dinasti Tang (618-906 M) pada 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah berkunjung ke negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa. Keraaan ini diyakini berada di Keling, kawasan timur Jepara sekarang. Kaling dipimpin raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal tegas.
Penulis Portugis bernama Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M). Sebagai bandar perdagangan yang kecil dan baru ada 90-100 orang. Jepara dipimpin oleh Aryo Timur dan berada dibawah pemerintahan Demak.
Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507-1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadikan mata rantai perdagangan Nusantara.
Setelah Pati Unus wafat, penggantinya adalah sang ipar, Faletehan/Fatahillah yang berkuasa (1521-1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya.
Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan tahta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549.
Pada kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Nimas Ratu Kalinyamat.
Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549/1579), Jepara berkembang pesat menjadi bandar niaga utama di pulau Jawa yang melayani ekspor dan impor. Disamping itu menjadi pangkalan angkatan laut yang dirintis sejak masa kerajaan Demak.
Sebagai seorang penguasa Jepara yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara pada saat itu sebagai Bandar Niaga yang sangat ramai, Ratu Kaliyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme yang anti penjajahan. Itu dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka untuk mengempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574.
Tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai Rainha de epara Sonora de Rica, yang memiliki arti Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya.
Pada saat itu serangan ratu yang gagah berani itu melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan kurang lebih 5.000 orang prajurit. Tapi serangan tersebut gagal, namun semangat patriotisme Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bengsa portugis, yang di abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia.
Pada Oktober 1574 sang Ratu Kelinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal diantaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15 ribu orang prajurit pilihannya. Pengiriman armada militer kedua ini dipimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai Quilimo.
Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antar Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka Komplek kuburan yang disebut sebagai makam Tentara Jawa. Selain itu tokoh Ratu Kalinyamat juga sangat berjasa dalam budayakan seni ukir yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir patih Badardawung yang berasal dari negeri Cina.
Menurut sejarah Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di desa Mantingan Jepara, disebelah makam suaminya Pangeran Hadiri. Pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat dan sejahtera. Maka penetapan hari jadi Jepara yang mengambil waktu beliau dinobatkan sebagai penuasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala Trus Karya Tataning Bumi atau terus bekerja keras membangun daerah.
Selain itu muncullah beberapa tempat wisata yang sangat indah di kota Jepara seperti pantai, bukit, air terjun, hingga gunung yang sangat indah. Yang paling banyak diincar wisatawan adalah keindahan pantainya, tidak hanya pasir dan tempat pantai yang bersih melainkan berkat pemandangan yang alami.
Kalau ingin healing ke pantai adalah pilihan tepat, cocok jadi tempat bersantai sambil menikmati pemandangan matahari terbenam berwarna kuning keemasan yang sangat eksotis. Dan wisata alam yang unggulan dan ikonik dari kabupaten Jepara adalah Pulau Karimunjawa. Dari kota menuju tempat tersebut kita harus menyeberang dengan kapal selama 3-5 jam.
Walaupun jauh tapi keidahan alam di Karimunawa berhasil menghipnotis banyak wisatawan terutama akan keindahan bawah laut yang masih sangat asri dan terjaga dengan baik.